KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak turun pada Jumat pagi, setelah data resmi menunjukkan persediaan minyak mentah komersial AS meningkat lebih besar dari perkiraan, sementara pasar terpukul pula oleh dolar yang lebih kuat, kata para analis. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 1,47 dolar AS menjadi ditutup pada 46,31 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Maret turun 51 sen menjadi ditutup pada 48,52 dolar AS per barel di perdagangan London. "WTI turun karena kelebihan pasokan yang berlebihan menyebabkan stok minyak melonjak," Fawad Razaqzada, analis teknikal di kelompok perdagangan Forex.com, mengatakan dalam sebuah catatan kepada para nasabahnya. Sementara Departemen Energi AS melaporkan bahwa stok minyak mentah melonjak sebesar 10,1 juta barel pada pekan lalu, jauh di atas perkiraan para analis. Harga minyak telah kehilangan lebih dari setengah nilai mereka sejak Juni, ketika mereka duduk pada lebih dari 100 dolar AS per barel, terutama sebagai akibat dari pasokan minyak mentah AS yang kuat. Penurunan diperburuk pada akhir November ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan akan mempertahankan tingkat produksi mereka. Minyak mentah berjangka berada di bawah tekanan pada Kamis, juga oleh dolar yang kuat, yang naik tajam terhadap euro setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan menyuntikkan stimulus lebih dari 1,0 triliun euro ke dalam perekonomian zona euro yang stagnan. Janji Kepala ECB Mario Draghi untuk bank membeli obligasi 60 miliar euro (69 miliar dolar AS) per bulan hingga akhir 2016 melampaui laju bulanan pelonggaran kuantitatif atau program QE yang diharapkan pasar. Sementara dolar yang lebih kuat membuat harga komoditas dalam unit AS lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang saingannya. Demikian AFP. "Lebih jauh ke depan, jika langkah ECB berhasil dalam pemulihan zona euro, itu pasti akan membantu meningkatkan permintaan minyak mentah ke wilayah tersebut," kata Daniel Ang, analis investasi pada perusahaan pialang Phillip Futures.