KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Senin sore melemah sembilan poin menjadi 12.094 per dolar AS setelah sebelumnya ditutup pada 12.085 per dolar AS. "Berlanjutnya tren defisit pada kinerja neraca perdagangan Indonesia membuat mata uang rupiah berbalik arah ke area negatif setelah pada sesi pagi tadi sempat berada dalam area positif," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova. Ia mengemukakan bahwa data neraca perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar 270,3 juta dolar AS pada September 2014, berlanjutnya tren defisit itu membuat sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri khawatir terhadap stabilitas perekonomian Indonesia. Di sisi lain, lanjut dia, belum adanya kepastian baik dari internal maupun global juga menjadi salah satu faktor mata uang rupiah mengalami tekanan. Dari internal, pelaku pasar menantikan realisasi penaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sementara dari internal terkait suku bunga Amerika Serikat (AS). "Tekanan rupiah saat ini lebih disebabkan faktor fundamental," ucapnya. Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan bahwa penguatan dolar AS menguat setelah meningkatnya indeks manufaktur dan sentimen konsumen AS yang menegaskan berlanjutnya pemulihan ekonomi di sana. Selain itu, lanjut dia, menurunnya aktivitas manufaktur dan non-manufaktur di Tiongkok juga menambah sentimen negatif bagi mata uang Asia, termasuk rupiah. Menurunnya aktivitas di Tiongkok itu membuat investor cemas denganoutlook perbaikan neraca perdagangan Indonesia. "Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia sehingga berkurangnya aktivitas perekonomian di sana juga bisa mengganggu outlook ekspor Indonesia," katanya. Menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 12.105 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya 12.082 per dolar AS.