Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank Selasa pagi bergerak melemah tipis sebesar empat poin menjadi Rp11.979 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.975 per dolar AS. Analis Riset Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa laju mata uang rupiah bergerak stabil meski dengan kecenderungan melemah, menunjukkan tekanan sudah tidak terlalu kuat menyusul kebijakan the Fed yang belum akan menaikkan suku bunganya. "Diharapkan tren ini dapat terjaga sehingga ruang penguatan bagi mata uang rupiah masih terbuka," katanya. Ia menambahkan bahwa adanya penilaian positif terhadap bank sentral eropa (ECB) yang tidak perlu untuk menambah stimulus terhadap ekonomi di kawasan itu membuat pergerakan nilai tukar euro kembali menguat, diharapkan berdampak pada mata uang rupiah. Ia mengemukakan bahwa masih bervariasinya data ekonomi Amerika Serikat dapat menambah peluang bagi mata uang rupiah untuk menggerus penguatan dolar AS. Apalagi, data existing home sales yang akan dirilis di luar ekspektasi pasar. Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan bahwa harga minyak dunia yang cenderung mengalami penurunan dapat menjadi salah satu sentimen bagi mata uang rupiah untuk kembali berada di area positif. "Kondisi itu akan mengurangi kekhawatiran pelaku pasar terhadap defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia sehingga perbaikan dapat berlanjut," katanya.