Kurs dolar AS diperdagangkan bervariasi terhadap mata uang utama lainnya pada Sabtu, tetapi mengunci keuntungannya untuk kesembilan pekan berturut-turut karena investor berspekulasi Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya tahun depan. Serangkaian data AS yang positif memicu spekulasi kenaikan suku bunga Fed pada pertengahan tahun depan, dan para investor juga menunggu pertemuan kebijakan moneter Fed pada minggu depan untuk petunjuk lebih lanjut tentang waktu langkah-langkah bank sentral selanjutnya, lapor Xinhua. Data konsumsi AS positif yang dirilis pada Jumat mendorong greenback. Penjualan jasa ritel dan makanan AS untuk Agustus naik 0,6 persen, dan data Juli yang direvisi naik menjadi 0,3 persen dari hampir tidak berubah, kata Departemen Perdagangan. Sementara itu, sentimen konsumen AS pada September mencapai tingkat tertinggi sejak Juli 2013. Data menunjukkan angka pendahuluan indeks sentimen konsumen dari University of Michigan/Thomson Reuters untuk September naik menjadi 84,6, dari angka akhir untuk Agustus 82,5. Namun, harga impor AS membukukan penurunan terbesar dalam sembilan bulan, merosot 0,9 persen pada Agustus menyusul penurunan 0,3 persen pada Juli, menurut Departemen Tenaga Kerja. Harga impor yang lebih rendah menunjukkan sedikit tekanan pada inflasi dan melemahkan dolar. Sementara itu, greenback tinggal di sekitar tingkat tertinggi dalam enam tahun terhadap yen Jepang karena tanda-tanda bahwa bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ) dan pemerintah Jepang siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna meningkatkan perekonomian dan inflasi. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,2948 dolar dari 1,2925 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,6254 dolar dari 1,6223 dolar. Dolar Australia merosot ke 0,9044 dolar dari 0,9102 dolar. Dolar dibeli 107,32 yen Jepang, lebih tinggi dari 107,05 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9340 franc Swiss dari 0,9357 franc, dan bergerak naik ke 1,1095 dolar Kanada dari 1,1054 dolar Kanada.