Nilai tukar rupiah
dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun lima poin
dari posisi terakhir pekan lalu menjadi Rp11.985 per dolar AS.
"Mata uang rupiah kembali melemah, padahal laju dolar AS sedang
mengalami pelemahan terhadap mata uang negara lain seiring melesunya
pertumbuhan ekonomi AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza
Priyambada.
Ia mengatakan dampak meredanya konflik Irak terhadap harga minyak
mentah dunia belum cukup membantu nilai tukar rupiah kembali berada di
area positif.
Kendati demikian, menurut dia, peluang rupiah menguat cukup terbuka. Dari dalam negeri, ia menjelaskan, perhatian pasar akan kembali ke
angka ekonomi domestik menjelang pengumuman data inflasi Juni dan neraca
perdagangan Mei pada Selasa (1/7).
"Inflasi diperkirakan turun dan neraca perdagangan juga kembali mengalami surplus," katanya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan
pergerakan rupiah juga masih terpengaruh kondisi politik menjelang
pemilihan presiden dan wakil presiden.
"Diperkirakan, setelah pelaksanaan pemilu dan hasil pemilu tidak
menuai perdebatan maka level mata uang rupiah dapat kembali sesuai
dengan fundamental ekonomi," katanya.