Bloomberg (12/12) – Minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) berayun diantara gain dan loss pasca turun tajam dalam dua pekan terakhir sejalan dengan persediaan bensin dan hasil sulingan naik lebih dari yang diperkirakan sebelumnya di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Kontrak berjangka berfluktuasi di New York pasca turun 1.1% kemarin, penurunan kedua dalam tiga hari terakhir. Cadangan bensin naik sebesar 6.72 juta barel pada pekan lalu, menurut Energy Information Administration. Hal itu merupakan kenaikan lebih dari tiga kali proyeksi pada survei Bloomberg News. Pasokan minyak mentah turun pada pekan kedua, menurut EIA. Minyak WTI untuk pengiriman bulan Januari sebesar $97.40 per barel pada transaksi elektronik di New York Mercantile Exchange, turun 4 sen, pukul 1:36 siang waktu Sydney. Kontrak turun sebesar $1.07 ke level $97.44 kemarin. Volume dari semua kontrak berjangka ditransaksikan sebesar 53% dibawah 100 hari rata-rata. Minyak jenis Brent untuk penyelesaian bulan Januari tergelincir 17 sen ke level $109.53 per barel pada ICE Futures Europe exchange di London. Indeks acuan minyak mentah Eropa tersebut lebih tinggi sebesar $12.13 dari kontrak WTI. Selisih melebar pada pertama kalinya dalam tiga hari terakhir kemarin sebesar $12.26. (bgs)