Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

30 Mei 2013

Kontrak berjangka emas naik di New York; harga rendah memancing pembelian

kpf makassar kontak perkasa futures
29/05 (Bloomberg) – Harga kontrak berjangka emas menguat untuk pertama kalinya dalam tiga sesi terakhir karena harga yang lebih rendah kini memikat para pembeli logam fisik. Permintaan emas dari India, pembeli terbesar di dunia kini sedang menuju rekor kuartalannya karena impor yang mencapai 300 hingga 400 metrik ton, berdasarkan data dari World Gold Council yang dirilis hari ini. Itu adalah sama dengan hampir setengah dari total pengiriman global tahun lalu. Harga telah turun 17 persen tahun ini dan menuju penurunan bulanan kedua beruntun karena sebagian investor telah kehilangan kepercayaan kepada logam kuning tersebut di tengah prospek ekonomi yang membaik dan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mulai mengetatkan langkah-langkah stimulusnya."Pembelian fisik di Asia tetap kuat," kata Miguel Perez-Santalla, wakil presiden BullionVault di New York dalam sebuah wawancara telepon. "Berita hari ini dari World Gold Council sangat positif." Emas berjangka untuk pengiriman Agustus naik 0,9 persen untuk menetap di $ 1,391.80 per ounce pada pukul 1:48 pm di Comex, New York. Kemarin, harga merosot 0,6 persen setelah mencapai $ 1.400. "Emas melonjak ke $ 1.400 lagi setelah World Gold Council merilis data tentang kuatnya permintaan dari Asia yang mengimbangi likuidasi dari exchange-traded funds," ungkap Dave Lutz, kepala perdagangan exchange-traded fund dan strategist dari Stifel Nicolaus & Co di Baltimore. Volume perdagangan sebesar 55 persen lebih tinggi daripada rata-rata untuk 100 hari terakhir pada hari ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Aset yang diperdagangkan di bursa (ETP) berbasis logam kuning telah menyusut 18 persen tahun ini. (brc)