Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

15 Desember 2014

Harga Emas Bakal Gemerlap Pekan Ini

KONTAK PERKASA FUTURES - Dengan harga emas yang bertahan di kisaran US$ 1.200 per ounce, mayoritas partisipan survei mingguan survei memprediksi harga logam mulia tersebut akan naik pekan ini. Sepanjang pekan lalu, harga emas memang terus bergerak naik. Mengutip laman Forbes, Senin (15/12/2014), sebanyak 10 dari 21 partisipan dalam survei tersebut memperkirakan adanya kenaikan harga emas pekan ini. Sementara enam di antaranya menilai harga emas akan turun.  Lima partisipan lain memprediksi harga emas akan bergerak stagnan. Pekan lalu, para partisipan memperkirakan harga emas akan turun. Faktanya kontrak emas untuk pengiriman Februari naik US$ 33 per ounce sepanjang pekan lalu. Para partisipan yang melihat adanya kemungkinan kenaikan mengatakan, tren pergerakan harga emas saat ini tengah naik dan masih berpeluang terus meningkat. "Saya rasa harga emas akan berada di level US$ 1.240 per ounce dan terus naik hingga menyentuh US$ 1.271,6 sebelum akhir tahun. Tren tersebut akan membuat harga emas semakin berkilau pekan depan," ungkap Head of Heritage West Financial, Ralph Preston. Sementara para partisipan yang menilai harga emas akan turun merasa harga logam mulia tersebut tak akan mampu terus menguat. Terlebih lagi, harga emas terus menurun hingga sekitar 10 persen sepanjang pekan lalu. Sementara beberapa partisipan lain melihat harga emas masih akan bergerak di kisaran US$ 1.215 hingga US$ 1.240 per ounce. "Saya rasa harga emas tak akan berubah dari pekan lalu. Saya rasa pekan ini pergerakannya juga masih akan menanti sentimen dari kebijakan Bank Sentral Eropa," tutur Senior Market Strategist di CMC Markets Colin Cieszynski. Penurunan harga emas akan terjadi jika Bank Sentral Amerika Serikat menunjukkan sinyal akan turunnya suku bunga AS. Itu juga akan mendorong harga emas bergerak lebih tinggi.

Harga minyak picu saham Wall Street jatuh

KONTAK PERKASA FUTURES - Saham-saham Amerika Serikat jatuh pada perdagangan Jumat, menempatkan indeks S&P 500 untuk pertama kalinya jatuh delapan kali dalam seminggu, setelah penurunan berlanjut harga minyak dan data mengecewakan Tiongkok yang mendorong investor menjauh dari sektor bahan mentah. Jatuhnya harga minyak telah menambah kekhawatiran tentang permintaan global dan pendapatan beberapa perusahaan energi, dengan pajak penjualan akhir tahun menambah tekanan pada sektor ini. Meskipun ada perburuan saham tertentu, tapi investor menjauh dari saham-saham energi, menurut Reuters dalam laporannya Sabtu dinihari. "Jangan mencoba untuk menangkap pisau jatuh. Itulah yang Anda hadapi di sini," kata Terry Morris, manajer ekuitas senior untuk National Penn Investors Trush Company di Reading, Pennsylvania. Saham sektor energi S&P jatuh 1,2 persen pada sesi itu dan jatuh hampir 16 persen tahun ini karena pertunjukan terburuk dari 10 sektor utama S&P. Data mengecewakan yang mengindikasikan tanda-tanda ekonomi Tiongkok melanjutkan pelemahan November telah membebani sektor bahan mentah, yang turun 2,2 persen, menjadi kinerja terburuk 10 sektor S&P pada hari ini. Penurunan harga minyak dan pelemahan di Tiongkok dibayangi sentimen kuat sektor konsumen AS yang mencapai level tertinggi delapan tahun. Beberapa investor berharap penurunan harga gas akan meningkatkan belanja konsumen, yang cukup untuk mengimbangi kesengsaraan sektor energi. Sektor konsumen adalah satu-satunya dari 10 sektor S&P yang berada dalam area positif, naik fraksional. "(Energi) gangguan utama untuk pasar. Berita bagusnya adalah bahwa itu sebuah penarik untuk konsumen. Itu hal positif yang masih diabaikan," kata Arthur Hogan, kepala strategi pasar di Wunderlich Securities di New York. Hogan juga lega bahwa Senat AS dapat menyetujui tagihan belanja yang mengakhiri ancaman terhentinya (shutdown) layanan pemerintah. Harga minyak mentah Brent tergelincir ke 61,91 dolar, itu terendah sejak Juli 2009, yang terakhir jatuh 2,6 persen ke 62,04 dolar. Minyak mentah WTI harganya turun ke bawah 58 dolar per barel, dan terakhir terkoreksi 3 persen pada 58,14 dolar karena kekhawatiran tentang tingginya pasokan global dan permintaan yang lesu. Indeks Dow Jones turun 179,81 poin atau 1,02 persen ke 17.416,53, S&P 500 terpangkas 15,34 poin atau 0,75 persen ke posisi 2.019,99 dan indeks komposit Nasdaq turun 18,33 poin (0,39%) ke 4.689,83. Dalam minggu ini S&P turun 2,5 persen. Saham Adobe System naik hampir 10 persen menjadi 76,56 dolar sehingga meraih kenaikan terbesar pada S&P 500 setelah mengumumkan rencana untuk membeli saham perusahaan fotografi Fotolia bersama laporan kuartalan yang kuat.

Harga emas turun tipis terpengaruh harga minyak

KONTAK PERKASA FUTURES  Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir sedikit melemah pada Sabtu pagi, karena harga minyak turun. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari, turun 3,1 dolar AS atau 0,25 persen, menjadi menetap di 1.222,5 dolar AS per ounce. Para analis mengaitkan jatuhnya harga emas terhadap penurunan minyak. Harga minyak mentah turun pada Jumat setelah Badan Energi Internasional (IEA) menurunkan prospek permintaan global.  Minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari bergerak turun 2,14 dolar AS menjadi menetap di 57,81 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Penguatan ekonomi juga merugikan permintaan aset-aset "safe haven" para investor. Penjualan ritel pada November naik 0,7 persen setelah melompat 0,5 persen pada Oktober, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada Kamis. Penjualan mobil melonjak 1,7 persen setelah meningkat 0,8 persen pada Oktober. Meskipun demikian, kontrak emas berjangka telah bertambah 2,7 persen selama minggu ini. Perak untuk pengiriman Maret kehilangan 5,5 sen atau 0,32 persen, menjadi ditutup pada 17,057 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari kehilangan 10,7 dolar AS atau 0,86 persen, menjadi ditutup pada 1.231,5 dolar AS per ounce, demikian Xinhua melaporkan.

Diwarnai Sentimen Negatif, Nikkei Melemah di Awal Pekan

KONTAK PERKASA FUTURES - Berbagai sentimen negatif membayangi pergerakan bursa saham Jepang awal pekan ini, indeks utama nikkei langsung dibuka anjlok 1,5%. Penguatan yendan data ekonomi Jepang yang lebih rendah dari ekspektasi, ditambah dengan sentimen negatif dari Wall Street yang melemah pada perdagangan Jumat menyeret pergerakan bursa. Yen diperdagangkan menguat terhadap dollar pada perdagangan hari ini, investor melakukan aksi profit taking setelah kemenangan partai pendukung Perdana Menteri, Shinzo Abe, pada pemilihan umum sela majelis parlemen rendah pada hari Minggu lalu. Partai koalisi pendukung Abe memenangkan 325 dari 475 kursi, kemenangan yang telah banyak diprediksi tersebut membuat yen sebelumnya anjlok ke level terendah dalam tujuh tahun terakhir, dan memicu profit taking setelah kemenangan tersebut terealisasi. Sementara itu data indeks manufaktur Tankan pada kuartal ketiga lalu dirilis sebesar 12, lebih rendah dari kuartal sebelumnya 13 dan estimasi ekonom yang memperkirakan tidak berubah sebesar 13. Sementara indeks non-manufaktur Tankan menunjukkan kenaikan menjadi 16 dair sebelumnya 13, dan lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 14. Indeks utama Nikkei saat ini melemah 1,1% menjadi 17175,34. Sementara Nikkei Futures diperdagangkan pada kisaran 17165 pada pukul 07.339 dengan level terendah harian 16975 dan tertinggi 17195