Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

05 Maret 2015

Dolar AS menguat didukung data ekonomi positif

KONTAK PERKASA FUTURES -  Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Rabu, karena data ekonomi yang keluar dari negara itu secara keseluruhan positif. Indeks Non-Manufaktur tercatat 56,9 persen pada Februari, 0,2 persen lebih tinggi dari angka Januari, di atas konsensus pasar 56,5, mencerminkan pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor non-manufaktur AS, kata Institute for Supply Management (ISM) pada Rabu dalam survei bulanannya, lapor Xinhua. The Automatic Data Processing (ADP) melaporkan pada Rabu bahwa lapangan pekerjaan sektor swasta AS meningkat 212.000 pada Februari. Angka terbaru itu di bawah konsensus pasar untuk kenaikan 220.000 pekerjaan, tetapi masih menunjukkan momentum pertumbuhan lapangan pekerjaan di AS. Para investor sedang menunggu laporan data penggajian non pertanian (nonfarm payroll) resmi yang akan dirilis Jumat, untuk mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang pemulihan pasar tenaga kerja di negara itu. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,62 persen menjadi 95,975 pada akhir perdagangan, tingkat tertinggi sejak September 2003. Selain itu, euro turun terhadap dolar AS ke tingkat terendah dalam hampir 12 tahun sebelum pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) membahas rincian program pembelian obligasi 1,1 triliun pada Kamis. Pada akhir perdagangan di New York, euro turun menjadi 1,1074 dolar dari 1,1178 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,5261 dolar dari 1,5366 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,7820 dolar dari 0,7822 dolar. Dolar AS dibeli 119,71 yen Jepang, lebih tinggi dari 119,69 yen pada sesi sebelumnya. Greenback naik menjadi 0,9629 franc Swiss dari 0,9611 franc Swiss, dan merosot ke 1,2414 dolar Kanada dari 1,2487 dolar Kanada.

Emas turun tertekan penguatan dolar AS

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhit turun pada Kamis pagi, karena dolar AS menguat di tengah laporan yang menunjukkan perbaikan ekonomi di Amerika Serikat. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April, turun 3,5 dolar AS atau 0,29 persen, menjadi menetap di 1.200,90 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Logam mulia berada di bawah tekanan karena laporan pekerjaan AS yang kuat dari swasta AS, berdasarkan rilis data perusahaan penggajian ADP pada Rabu yang menunjukkan revisi angka pekerjaan untuk Januari, meningkat menjadi 250.000 dari laporan awal 213.000. Laporan itu juga menunjukkan bahwa angka penggajian Februari naik menjadi 212.000, lebih lemah dari yang diperkirakan. Para analis mengatakan revisi naik angka penggajian Januari cukup penting untuk mengimbangi angka Februari yang sedikit lebih lemah. Laporan lain yang dirilis pada Rabu menunjukkan pertumbuhan di sektor non-manufaktur tetap kuat. Indeks komposit dari Institute for Supply Management (ISM) naik 0,2 menjadi 56,9 pada Februari. Para pengamat mengatakan lapangan pekerjaan jauh lebih kuat dalam laporan ini, bertambah lima poin menjadi 56,4. Dolar AS mendapat dukungan dari laporan-laporan positif, lebih lanjut memberikan tekanan pada emas. Indeks Dolar AS naik 0,63 persen menjadi 95,97. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik, emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor. Perak untuk pengiriman Mei turun 13,8 sen atau 0,85 persen, menjadi ditutup pada 16,158 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April kehilangan 7,9 dolar AS atau 0,66 persen, menjadi ditutup pada 1.181,70 dolar per ounce.

Rupiah Rabu sore melemah 20 poin

KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp12.982 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.962 per dolar AS. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa indeks dolar AS masih kokoh dalam penguatannya terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menjelang rapat moneter bank sentral Eropa (ECB) pada pekan ini. Menurut Ariston, penguatan indeks dolar AS masih terkait dengan perbedaan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve) dengan bank sentral negara maju lainnya. "Federal Reserve masih diekspektasikan menaikkan tingkat suku bunga (fed fund rate) tahun ini, sementara bank sentral lainnya masih sedang menjalankan kebijakan pelonggaran moneter untuk memperbaiki ekonominya," katanya. Ia mengemukakan bahwa Amerika Serikat akan mengumumkan data Non-farm Payrolls AS versi ADP (Automatic Data Processing), data non-manufaktur AS, data stok minyak mentah mingguan AS, serta pidato dari Presiden Bank Sentral AS cabang Chicago tentang outlook moneter. "Data itu akan memberikan volatilitas ke pasar keuangan. Sejauh ini, ekspektasi data AS masih mengalami perbaikan," katanya.  Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa laju rupiah berbalik arah ke area negatif terhadap dolar AS setelah sempat mengalami kenaikan pada sesi pagi tadi meski tipis. "Dolar AS masih diminati investor pasar uang karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS (fed fund rate) masih cukup kuat, meningkatnya fed fund rate dapat meningkatkan imbal hasil investasi disana," kata Reza. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (4/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.963 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (3/3) di posisi Rp12.62 per dolar AS.

Rupiah bergerak menguat 33 poin

KONTAK PERKASA FUTURES - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp12.927 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.960 per dolar AS. "Setelah sempat mendatar, nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS, diperkirakan sebagian investor jangka pendek mengambil posisi ambil untung terhadap dolar AS setelah mengalami penguatan cukup signifikan pada awal pekan kemarin (Senin, 3/3)," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa. Di sisi lain, ia menambahkan bahwa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan deflasi pada Februari sebesar 0,36 persen membuat inflasi tahunan menurun. Sementara neraca perdagangan Januari 2015 surplus dengan total ekspor mencapai 13,3 miliar dolar AS dan impor 12,6 miliar dolar AS sehingga terjadi surplus sebesar 709,4 juta dolar AS. "Data ekonomi itu juga membantu mengurangi tekanan pada mata uang rupiah, diharapkan tren perbaikan terus berlanjut," katanya. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa peningkatan kondisi ekonomi Amerika Serikat masih membayangi penguatan mata uang domestik, kondisi di AS masih berpotensi memicu permintaan terhadap dolar AS di dalam negeri. "Peningkatan ekonomi AS itu, pada gilirannya akan membuat bank sentral AS membuat kebijakan untuk menaikan suku bunga (fed fund rate) pada tahun ini, yang dapat mendorong aliran dana asing keluar dari dalam negeri," katanya. Selain itu, lanjut dia, aksi bank sentral Tiongkok yang menurunkan suku bunga mengindikasikan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua dunia itu cenderung melambat.