Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

27 Juni 2014

Fed akan naikkan suku bunga, saham-saham AS melemah

Saham-saham Amerika Serikat ditutup melemah tipis pada Kamis (Jumat sian WITA) setelah seorang pejabat Federal Reserve mengatakan suku bunga akan naik awal 2015, sementara poundsterling naik di tengah pembicaraan suku bunga Inggris yang juga akan naik. Dolar diperdagangkan datar terhadap mata uang-mata uang utama ketika para pedagang valuta asing merespon pernyataan presiden Fed St Louis, James Bullard. Bullard, dalam komentar-komentar melalui televisi, mengatakan bahwa kenaikan suku bunga pada akhir kuartal pertama 2015 akan sesuai, berdasarkan perkiraannya bahwa pertumbuhan AS akan berada pada 3 persen pada empat kuartal ke depan. Dalam wawancara dengan Fox Business Network, Bullard mengatakan bahwa tingkat pengangguran AS akan berkurang ke bawah 6 persen akhir tahun ini. Inflasi sepertinya akan naik kembali ke 2 persen, menempatkan ekonomi mendekati normal. Indeks Dow Jones ditutup melemah 21,38 poin atau 0,13 persen menjadi 16.846,13, S&P 500 terkoreksi 2,31 poin atau 0,12 persen ke posisi 1.957,22, sedangkan indeks komposit Nasdaq turun 0,71 poin (0,02%) ke level 4.379,05. Saham-saham sektor keuangan mengalami penurunan tajam setelah gugatan penipuan sekuritas yang diajukan oleh jaksa agung negara New York terhadap bank Inggris, Barclays. Gugatan itu telah menuduh Barclays memberikan kemudahan yang tidak adil di Amerika Serikat kepada klien-klien perdagangan frekuesi-tinggi meskipun perusahaan itu mengklaim akan melindungi pelanggan-pelanggan lain. Saham Barclays yang tercatat di AS  (BCS.N) turun 7,4 persen menjadi 14,55 dolar. Saham bank itu di pasar London berakhir turun 6,5 persen. Harga obligasi pemerintah AS naik, dengan imbal hasil obligasi acuan 10-tahun mencapai terendah tiga minggu pada 2,5322 persen. Sterling GBP menguat 0,25 persen menjadi 1,7025 dolar karena langkah yang diumumkan oleh bank sentral Inggris (Bank of England) untuk mendinginkan pasar perumahan Inggris gagal meredam ekspektasi bahwa bank sentral merencanakan untuk menaikkan suku bunga. Indeks dolar AS, yang mengukur dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama, berakhir datar pada 80,222. Indeks dollar menghapus keuntungan sebelumnya setelah data perkiraan pertumbuhan AS telah mendorong kenaikan tapi tidak cukup kuat untuk menjadi tumpuan dolar. Indeks FTSEurofirst 300 saham utama Eropa ditutup turun 0,1 persen pada 1,370.38 poin, terseret oleh komentar Bullard dan gugatan terhadap Barclays. Dalam komoditas, harga spot emas jatuh 0,2 persen menjadi 1.316,99 dolar per ounce. Minyak mentah Brent ditutup turun 0,7 persen pada 113,21 dolar per barel, sementara minyak mentah berakhir 0,8 persen lebih rendah pada 105,70 dolar setelah kembali bearish karena data ekonomi terbaru AS dan berkurangnya kekhawatiran tentang gangguan pasokan akibat konflik di Irak, demikian Reuters melaporkan.

Harga minyak turun karena data ekonomi AS lemah

Harga minyak dunia turun pada Kamis (Jumat pagi WITA), karena data ekonomi AS yang lemah memicu kekhawatiran baru tentang permintaan di konsumen minyak utama Amerika Serikat. Sementara itu pasokan minyak mentah Irak tampak tak terpengaruh oleh kekerasan yang sedang berlangsung di negara tersebut. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, turun 66 sen menjadi ditutup pada 105,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 79 sen menjadi menetap di 113,21 dolar AS per barel di perdagangan London. Para analis mengatakan laporan lemah pada belanja konsumen AS menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan pemulihan ekonomi negara tersebut. Data Departemen Perdagangan menunjukkan belanja konsumen hanya naik 0,2 persen pada Mei setelah datar pada April. Laporan ini datang setelah data Badan Informasi Energi AS pada Rabu menunjukkan penumpukan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS pekan lalu.  "Sebagai akibat dari data yang lemah dan penumpukan dalam stok minyak mentah ... para investor tiba-tiba memusatkan kembali perhatian mereka pada sisi permintaan," kata analis Fawad Razaqzada di situs perdagangan Forex.com. "Mereka menyadari bahwa permintaan tidak cukup kuat untuk membenarkan harga minyak pada tingkat yang tinggi." Pedagang juga terus mengawasi gejolak di Irak, di mana pasukan Irak meluncurkan serangan udara dengan helikopter bertujuan membuka jalan untuk merebut kembali Tikrit yang dikuasai para militan, sementara sebuah bom bunuh diri di sebuah daerah mayoritas Syiah di Baghdad menewaskan 19 orang. Meskipun terjadi kekerasan, "ketegangan di pasar minyak berkurang karena indikasi bahwa produksi dan ekspor dari ladang minyak selatan (Irak) belum terganggu," kata catatan analis energi dari Citi Futures, Tim Evans. Pedagang juga menilai kembali laporan berita pada Selasa sore yang mengatakan AS telah mengizinkan ekspor pertama minyak yang belum dimurnikan dalam hampir empat dekade terakhir, ketika memberi lampu hijau penjualan minyak ultra-light, minyak yang diproses secara minimal dikenal sebagai kondensat, kepada pembeli asing. Para analis mengatakan keputusan AS dapat mengindikasikan pembalikan larangan AS tentang ekspor minyak mentah WTI dan patokan lainnya. Laporan ini telah membantu mengangkat harga minyak pada Rabu. Tetapi kemunduran harga minyak pada Kamis menunjukkan dampak langsung dari keputusan kebijakan AS pada kondensat "tampak telah berjalan dengan sendirinya," kata Evans. Demikian laporan AFP.

Rupiah di posisi Rp12.090 per dolar pada Kamis sore

Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Kamis sore di posisi  Rp12.088 per dolar AS atau menguat dua poin dibanding sebelumnya yakni Rp12.090. "Faktor eksternal menjadi pendorong mata uang rupiah menguat meski masih dalam kisaran terbatas," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova di Jakarta. Menurut dia, dolar AS cenderung tertekan terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal pertama AS turun menjadi 2,9 persen. Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah diperkirakan hanya dalam jangka pendek seiring dengan kondisi politik yang cenderung panas. "Diharapkan, setelah pelaksanaan pilpres mata uang rupiah sesuai dengan fundamental, saat ini nilai tukar rupiah sudah undervalue," katanya. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan Bank Indonesia kemungkinan juga mengurangi intervensinya di pasar uang domestik dan membiarkan pelemahan pada mata uang rupiah. "Bank Indonesia mungkin akan meningkatkan intervensinya jika mata uang rupiah turun cepat," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, permintaan dolar AS akan cenderung meningkat untuk keperluan impor menjelang bulan puasa serta ketidakpastian politik di dalam negeri dan kenaikan harga minyak mentah dunia masih berkontribusi menekan rupiah Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini (26/6), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.091 dibandigkan posisi sebelumnya Rp12.027 per dolar AS.