Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

14 Oktober 2014

Harga emas naik didukung pelemahan dolar AS

KONTAK PERKASA FUTURES - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi pada Selasa pagi, karena dolar AS melemah setelah pejabat Federal Reserve mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga mungkin ditunda. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 8,3 dolar AS, atau 0,68 persen, menjadi menetap di 1.230 dolar AS per ounce, lapor Xinhua. Emas telah meningkat selama lima sesi dalam enam hari terakhir. Data ekonomi dari Tiongkok juga mendukung emas. Data menunjukkan bahwa perekonomian Tiongkok mungkin tumbuh pada kuartal ketiga di laju paling lambat dalam lebih dari lima tahun; dan impor komoditas industrial Tiongkok "rebound" kuat pada September. Namun demikian, penurunan harga minyak mentah ke tingkat terendah sejak 2010 membatasi kenaikan harga emas lebih lanjut pada Senin. Meskipun "short covering" telah memberikan beberapa dukungan untuk emas baru-baru ini, analis pasar percaya bahwa reli emas akan berumur pendek. Mereka memperkirakan bahwa harga emas bisa turun lebih lanjut karena prospek ekonomi AS membaik. Singapura pada Senin meluncurkan kontrak emas 25 kilogram, yang bertujuan untuk memberikan harga patokan regional. Kepemilikan emas di SPDR Gold Trust, dana berbasis emas terbesar di dunia yang diperdagangkan di bursa, turun dari 2,64 ton pada Jumat (10/10) menjadi 759,44 ton, tingkat terendah sejak Desember 2008. Perak untuk pengiriman Desember naik 4,2 sen, atau 0,24 persen, menjadi ditutup pada 17,345 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 0,4 dolar AS, atau 0,03 persen, menjadi ditutup pada 1.261,2 dolar AS per ounce.

Wall Street jatuh lagi tertekan kekhawatiran pertumbuhan global

KONTAK PERKASA FUTURES - Saham-saham di Wall Street berakhir melemah tajam lagi pada Selasa pagi, karena kekhawatiran tentang pertumbuhan global menekan pasar sehari menjelang rilis laporan laba perusahaan-perusahaan besar. Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 223,03 poin (1,35 persen) menjadi ditutup pada 16.321,07. Indeks berbasis luas S&P 500 merosot 31,39 poin (1,65 persen) menjadi 1.874,74, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq merosot 62,58 poin (1,46 persen) menjadi 4.213,66. Setelah perdagangan berombak di awal, saham-saham Wall Street secara tegas berbalik negatif dalam satu jam terakhir sesi perdagangan. Penurunan ini "mengikuti penjualan minggu lalu," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di Wunderlich Securities. "Ini adalah kelanjutan dari kekhawatiran tentang pertumbuhan global." Saham AS mengalami aksi jual besar-besaran minggu lalu, dengan S&P 500 merosot lebih dari tiga persen di tengah kekhawatiran pertumbuhan global dan Dow berakhir di wilayah negatif untuk tahun ini. Pada Senin, indeks volatilitas, sering dianggap sebagai ukuran kecemasan di pasar, berakhir pada 24,64, tingkat tertinggi sejak Juni 2012. Musim laporan laba kuartal ketiga pada Selasa, dengan laporan dari anggota Dow JPMorgan Chase dan Johnson & Johnson, serta bank-bank besar seperti Citigroup dan Wells Fargo. Laporan-laporan kemudian dalam seminggu keluar dari Intel dan Google. Para investor mengamati komentar-komentar dari perusahaan-perusahaan multinasional tentang apakah mereka melihat kondisi pelemahan di luar negeri akan memukul hasil kuartal keempat, kata Hogan. Saham penerbangan mengalami hari yang buruk lagi setelah konfirmasi kedua diagnosis infeksi Ebola di Amerika Serikat. American Airlines turun 7,2 persen, Delta Air Lines jatuh 6,1 persen dan United Airlines kehilangan 7,3 persen. Saham-saham perusahaan melemah karena harga minyak mentah AS turun ke tingkat terendah sejak Desember 2012, dengan anggota Dow Chevron turun 1,6 persen, ConocoPhillips kehilangan 3,3 persen dan Anadarko Petroleum turun 3,5 persen. Perusahaan angkutan kereta api CSX melonjak 5,9 persen menyusul laporan pihaknya didekati oleh Canadian Pacific tentang merger. Saham Canadian Pacific turun 2,3 persen. Targa Resources Partners akan membeli sesama perusahaan midstream Atlas Pipeline Partners dan Atlas Energy senilai 7,7 miliar dolar AS, perusahaan mengumumkan. Saham Targa jatuh 7,4 persen, sementara Atlas Pipeline Partners naik 1,3 persen dan Atlas Energy melonjak 14,9 persen. Fiat Chrysler Automobiles jatuh di hari pertama perdagangan Wall Street. Raksasa otomotif Italia yang baru merger itu memulai debutnya di New York Stock Exchange di bawah simbol FCAU pada 9,00 dolar AS per saham. Sahamnya ditutup pada 8,92 dolar AS, setelah mencapai tertinggi 9,55 dolar AS. Pasar obligasi AS ditutup untuk memperingati "Columbus Day".
(A026)

Dolar melemah tertekan kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga

KONTAK PERKASA FUTURES - Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Selasa pagi, karena para pejabat Federal Reserve mengatakan pada akhir pekan bahwa penurunan tajam dalam ekonomi global bisa menunda kenaikan suku bunga AS. Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,47 persen menjadi 85,510 pada akhir perdagangan, lapor Xinhua. "Jika pertumbuhan luar negeri lebih lemah daripada yang diantisipasi, konsekuensi bagi perekonomian AS bisa mendorong Fed menghapus akomodasi lebih lambat daripada sebaliknya," Stanley Fischer, wakil ketua Fed, mengatakan dalam sebuah pidato di pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) Sabtu lalu. Komentar tersebut mengindikasikan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga rendah saat ini di tempat untuk waktu yang lebih lama. Pernyataan Fischer digemakan oleh pejabat Fed lainnya. Gubernur Fed Daniel Tarullo mengatakan pada hari yang sama bahwa ia khawatir tentang pertumbuhan global, sementara Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan sebelumnya bahwa penguatan dolar dan pertumbuhan yang lemah di luar negeri bisa berarti lebih sedikit pembenaran bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga. Greenback telah berada di bawah tekanan karena risalah dari pertemuan terbaru Fed yang dirilis Rabu lalu (8/10) menyatakan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi AS "mungkin lebih lambat dari yang mereka harapkan jika pertumbuhan ekonomi di luar negeri datang lebih lemah daripada yang diantisipasi." Dalam prospek ekonomi yang diperbarui, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan berikutnya pada Selasa lalu (7/10) dengan memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,3 persen pada 2014 dan 3,8 persen pada 2015, masing-masing turun 0,1 persentase poin dan 0,2 persentase poin dari perkiraannya pada Juli. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,2679 dolar dari 1,2615 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,6061 dolar dari 1,6052 dolar. Dolar Australia naik ke 0,8760 dolar dari 0,8708 dolar. Dolar dibeli 107,33 yen Jepang, lebih rendah dari 107,84 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9535 franc Swiss dari 0,9581 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,1204 dolar Kanada dari 1,1212 dolar Kanada.

Harga minyak turun setelah OPEC abaikan kekhawatiran kelebihan pasokan

KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak turun lagi pada Selasa pagi, dengan Brent mencapai terendah empat tahun, di tengah meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan setelah OPEC mengindikasikan bahwa para produsen tidak punya niat untuk memangkas produksi. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun delapan sen, menjadi ditutup pada 85,74 dolar AS per barel, harga terendah sejak Desember 2012, lapor AFP. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, patokan internasional, turun 1,32 dolar AS menjadi ditutup pada 88,89 dolar AS per barel di perdagangan London, tingkat terendah sejak akhir 2010. Pasar mengambil "situasi bearish" setelah komentar-komentar terakhir dari beberapa anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan kepuasan dengan situasi kelebihan pasokan, kata Matt Smith dari Schneider Electric. Anggota terkemuka OPEC, Arab Saudi, menunjukkan bahwa pihaknya "merasa nyaman dengan harga sekitar 90 dolar AS," katanya, menambahkan tampaknya "mereka lebih memperhatikan pangsa pasar daripada harga." Irak menjadi eksportir minyak mentah terbaru OPEC yang menurunkan harga jualnya setelah langkah serupa dilakukan oleh Arab Saudi dan Iran. "OPEC tetap memberikan tidak ada indikasi bahwa pihaknya mungkin mengambil langkah-langkah untuk menopang harga," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan penelitian. "Irak sekarang menjadi anggota OPEC utama ketiga yang secara signifikan menurunkan harga jualnya dibandingkan dengan harga patokan internasional," tambah mereka. Namun, Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Omair pada Minggu (12/10) mengatakan bahwa ia memperkirakan penurunan harga untuk memulihkan selama musim dingin di belahan bumi utara -- tetapi OPEC tak mungkin untuk melawan penurunan harga dalam jangka pendek. "Kami berharap (harga minyak) meningkat di musim dingin atau setidaknya mempertahankan tingkat saat ini," kata Omair, dikutip oleh kantor berita resmi KUNA. Menteri juga mengatakan ia percaya bahwa minyak tidak akan turun di bawah 76-77 dolar AS per barel, yang merupakan biaya produksi di Rusia dan Amerika Serikat. Penurunan ini diperkirakan karena faktor geopolitik, kenaikan persediaan dan perkiraan negatif untuk pertumbuhan ekonomi global, menurut Omair. Dia mengatakan Kuwait belum menerima undangan untuk pertemuan keadaan darurat OPEC guna membahas harga tetapi akan hadir jika itu dijadwalkan. Venezuela pada Jumat (10/10) mengatakan akan meminta pertemuan OPEC luar biasa tersebut. "Kami akan meminta pertemuan OPEC yang luar biasa," kata Menteri Luar Negeri Rafael Ramirez, yang juga mantan menteri minyak negara itu dan mantan kepala perusahaan minyak milik negara PDVSA. "Kami perlu mencoba untuk mengkoordinasikan semacam tindakan untuk menghentikan jatuhnya harga minyak," tambah dia.