Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

17 September 2014

Harga minyak naik setelah OPEC bicarakan pengurangan produksi

Harga minyak dunia "rebound" (berbalik naik) tajam pada Selasa (Rabu pagi WITA), setelah kepala OPEC mengindikasikan bahwa kartel produsen minyak mentah itu bisa memangkas target produksinya untuk 2015. Komentar-komentar dilaporkan secara luas berasal dari Abdullah El-Badri, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), setelah pembicaraan dengan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, di Wina. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, melonjak 1,96 dolar AS menjadi ditutup pada 94,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.  Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman November, naik 1,17 dolar AS menjadi menetap pada 99,05 dolar AS per barel di perdagangan London. El-Badri dilaporkan mengatakan bahwa ia memperkirakan kelompok produsen itu akan memangkas produksinya pada 2015 sekitar 500.000 barel per hari, dari 30 juta barel per hari menjadi 29,5 juta barel per hari. Kartel menetapkan untuk mengadakan pertemuan tentang produksi berikutnya di Wina pada 27 November. Pada Juni, OPEC sepakat untuk mempertahankan pagu produksi mereka pada 30 juta barel per hari, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sementara permintaan minyak meningkat, risiko penurunan ekonomi global "tetap terkendali." Sejak pertemuan Juni, harga minyak telah mundur cukup stabil, dengan Brentjatuh ke terendah dua tahun pada Senin (15/9) sebagian akibat kekhawatiran tentang permintaan di Tiongkok, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia. Komentar El-Badri ini adalah "pengingat bahwa OPEC menyadari desakan penurunan minyak mentah OPEC, dan bersedia untuk mengimbangi itu dengan mengurangi produksi mereka," kata Tim Evans, analis minyak pada Citi Futures. Analis mengatakan pasar minyak juga sedang menunggu pengumuman kebijakan moneter yang oleh US Federal Reserve dan laporan persediaan minyak mingguan departemen energi AS pada Rabu. Para analis rata-rata memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun 1,2 juta barel, menurut survei oleh Dow Jones Newswires. Demikian diberitakan AFP.

Emas naik jelang pengumuman hasil pertemuan Fed

Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik tipis pada Rabu pagi, setelah harga produsen AS untuk Agustus mendatar, di tengah pertemuan kebijakan Federal Reserve. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember, naik 1,6 dolar AS, atau 0,13 persen, menjadi menetap di 1.236,7 dolar AS per ounce. Perdagangan masih rendah karena para pedagang sedang menunggu hasil pertemuan dua hari bank sentral AS mengenai suku bunga. Data inflasi moderat yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS agak meredakan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat dari yang diperkirakan. Beberapa analis percaya bahwa emas tidak berkinerja dengan baik tahun ini, meskipun banyak kesempatan untuk melakukannya. Mereka mengatakan bahwa para pedagang mulai menyadari ada sangat sedikit keuntungan memegang emas karena ekonomi AS membaik. Perak untuk pengiriman Desember naik 10,1 sen, atau 0,54 persen, menjadi ditutup pada 18,721 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 3,8 dolar AS, atau 0,28 persen, menjadi ditutup pada 1.367,3 dolar per ounce. Demikian Xinhua.

Rupiah Rabu pagi menguat menjadi Rp11.919

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi bergerak menguat sebesar 52 poin menjadi Rp11.919 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.971 per dolar AS. Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa penguatan dolar AS cenderung mereda terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah, bervariasinya ekonomi data AS cukup meredakan kekhawatiran investor sebelum adanya keputusan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka the Fed (FOMC). "Pelaku pasar cenderung mengambil posisi menunggu sampai adanya hasil FOMC," katanya. Di sisi lain, ia menambahkan bahwa Tiongkok yang merupakan salah satu mitra dagang Indonesia itu akan mengucurkan dana likuiditas sebesar 500 miliar yuan atau sekitar 81 miliar dolar AS kepada lima bank terbesarnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, hal itu cukup berdampak positif bagi nilai tukar rupiah. Kendati demikian, lanjut dia, penguatan nilai tukar rupiah masih terbatas seiring dengan langkah sebagian investor masih mewaspadai bahwa the Fed akan memberikan nada yang hawkish untuk menaikan suku bunganya (Fed rate) ketika merampungkan pertemuan kebijakan moneternya pada Kamis 18 September ini. "Selain itu, investor sepertinya juga cukup khawatir dengan prospek kenaikan suku bunga the Fed ketika program pembelian obligasi atau biasa disebutquantitative easing (QE) akan berakhir tahun ini," katanya. Pengamat Pasar Uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa ke depan, faktor susunan kementerian pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dapat menopang nilai tukar domestik untuk kembali masuk ke dalam tren penguatan. "Susunan kabinet diharapkan sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga menumbuhkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia, sehingga dampaknya akan ke penguatan rupiah," katanya.