New York - Harga minyak menguat tajam pada Senin (Selasa pagi WIB), dengan patokan AS mencapai tingkat tertinggi dalam tiga bulan terakhir, setelah data ekonomi positif Tiongkok, Jepang dan Amerika Serikat mengangkat ekspektasi permintaan energi lebih besar. Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli di New York Mercantile Exchange melompat 1,75 dolar AS menjadi ditutup pada 104,41 dolar AS per barel, penutupan tertinggi untuk kontrak berjangka AS sejak 3 Maret lalu. Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, menetap pada 109,99 dolar AS per barel, naik $ 1,38 dari penutupan Jumat, di perdagangan London. Pasar mendapat dukungan dari Tiongkok, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, setelah data resmi pada Minggu menunjukkan surplus perdagangannya melonjak 75 persen pada Mei dari setahun lalu. Ekspor Tiongkok meningkat 7,0 persen dan impor turun 1,6 persen, menghasilkan surplus perdagangan sebesar 35,92 miliar dolar AS. "Laporan akhir pekan (Tiongkok) datang sebagai kejutan tak terduga pada sisi kenaikan, mendasari permintaan komoditas," kata Desmond Chua, seorang analis untuk perusahaan dagang CMC Markets. "Kenaikan (ekspor) kuat dibayangi penurunan tak terduga dalam impor yang bisa mengindikasikan permintaan domestik lebih lemah," kata Phil Flynn dari Price Futures Group. Flynn mencatat data Tiongkok mengikuti laporan pekerjaan AS pada Jumat yang menunjukkan angka lapangan pekerjaan kembali ke puncak pra-resesi, "mengkonfirmasikan perbaikan kuat dalam ekonomi utama dan konsumen minyak mentah utama dunia itu". Sementara Jepang merevisi naik pertumbuhan ekonomi untuk kuartal pertama ke laju tercepat dalam lebih dari dua tahun, pada tingkat tahunan 6,7 persen. Para investor juga fokus pada pertemuan kartel minyak OPEC di Wina pada Rabu (11/6). Organisasi Negara Pengekspor Minyak, yang beranggotakan 12 negara secara bersama-sama memasok sekitar sepertiga dari minyak mentah dunia, diperkirakan oleh para analis akan mempertahankan pagu produksi harian pada 30 juta barel minyak, demikian AFP.