Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

22 April 2013

Yen jatuh ke level terendah 4-tahun pasca rapat G-20

Bloomberg, (22/4) - Yen jatuh ke level terendah empat tahun terhadap dolar dan saham berjangka Jepang naik setelah kebijakan stimulus Bank of Japan (BOJ) terlindungi pada pertemuan G-20 akhir pekan lalu. Yen jatuh ke 99,78 per dolar, setelah sempat menyentuh 99,98 per dolar, level terlemah sejak 14 April 2009. Kontrak berjangka pada indeks Nikkei 225 Stock Average naik 1,7 persen menjadi 13.600 di Chicago. Index berjangka Standard & Poor 500 naik 0,1 persen. Kontrak pada index S & P / ASX 200 naik 0,2 persen. Pertemuan untuk pertama kalinya sejak BOJ mengeluarkan langkah-langkah kebijakan baru yang bertujuan untuk target inflasi 2 persen dalam waktu dua tahun kedepan, para menteri keuangan G-20 menegaskan kembali sumpahnya yang dilakukan bulan Februari lalu untuk menghindari "devaluasi kompetitif," namun tidak memberikan kritik pedas terhadap kebijakan BOJ yang mendevalusi mata uangnya terlalu dalam.  "G-20 telah memutuskan bahwa stimulus agresif Jepang bukan sebagai suatu masalah," kata Stewart Richardson, kepala investasi dari RMG Wealth Management LLP di London. "Pedagang akan mengambil ini sebagai lampu hijau untuk menjual yen." Dalam hal mengenai kekhawatiran bahwa stimulus dalam satu ekonomi sering menimbulkan tantangan di tempat lain dan bisa memicu gelembung aset, pertemuan pejabat G-20 di Washington telah meningkatkan komitmen mereka untuk "sadar terhadap efek samping negatif yang berasal dari perpanjangan masa pelonggaran moneter." Kuroda mengatakan kepada wartawan pasca rapat G-20 bahwa "memenangkan pemahaman internasional telah memberi saya rasa lebih percaya diri untuk melakukan kebijakan moneter secara tepat. Kami akan terus melakukan pelonggaran kuantitatif dan kualitatif selama dua tahun ke depan." Ekspansi ekonomi China yang melambat pada kuartal pertama adalah "normal" karena ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengorbanan pertumbuhannya untuk melakukan reformasi struktural, kata Gubernur Bank Rakyat China, Zhou Xiaochuan kepada Bloomberg News di luar pertemuan Dana Moneter Internasional di Washington pada 20 April lalul. Sementara perlambatan ekonomi global yang "ringan" berdampak kepada China, namun tingkat pertumbuhan 7,7 persen dalam produk domestik bruto (GDP) adalah "normal" secara keseluruhan dibandingkan dengan target pemerintah untuk tahun 2013 sebesar 7,5 persen, kata Zhou. (brc)