Disclaimer : Semua artikel dan konten yang terdapat dalam portal ini hanya bersifat informasi saja. Kami tidak bertanggung jawab terhadap semua kerugian baik langsung maupun tidak langsung yang dialami oleh pembaca atau pihak lain akibat menggunakan informasi dari portal kami.

02 Maret 2013

Data AS yang kuat seret harga emas,investor abaikan spendingcuts


01/03 (Reuters) – Pada hari Jumat emas jatuh, mencatat penurunan mingguan ketiga berturut-turut, akibat reputasinya sebagai safe-haven gagal menarik pembeli setelah data ekonomi AS yang kuat dan pasar global masih relatif tenang menjelang pemotongan belanjapemerintah AS. Emas turun karena dolar menguat setelah data ekonomi AS termasuk pengeluaran konsumen, kepercayaan konsumen dan aktivitas pabrik semua menunjuk adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa investor percaya prospek AS yang lebih baik bisa mendorong Federal Reserve untuk menghentikan stimulus lebih awal dari yang diperkirakan. Emas masih lemah karena pemerintah AS akan memulai memangkas belanja pemerintah federal di semua departemen, yang dikenal sebagai "sequestration," yang mengancam menghambat pemulihan ekonomi, setelah Presiden Barack Obama dan para pemimpin Kongres gagalmenemukan rencana anggaran alternatif. "Sequestration ini tidak terlalu mendukung emas itu sendiri karena (pengaruh) itu secara bertahap dan tidak akan menghasilkan banyak gejolak," kata Peter Buchanan, ekonom senior di CIBC World Markets. Para analis sekarang memantau bagaimana Kongres yang terpecah ini akan menyetujui plafon utang berikutnya, yang dijadwalkan mulai berlaku pada tanggal 18 Mei. Emas reli ke all-time high pada bulan September 2011 sebulan setelah Amerika Serikat kehilangan peringkat kredittop-tier pada tahun itu. Emas berjangka AS untuk pengiriman April turun $5,80 pada $1,572.30, dengan volume perdagangan sekitar 10 persen di atas rata-rata 250-hari, data awal Reuters menunjukkan. Emas jatuh seiring dengan penurunan tajam pada komoditas lainnya seperti tembaga dan minyak mentah setelah data ekonomi yang lesu di China dan zona euro yang menekan sentimen. (rf)